Senin, 13 Mei 2013

Cerita saja

Ada seorang kepala keluarga, 
bepergian bersama keluarga dengan kendaraan. 
Suami, istri dan anak-anak. 
Anak-anak duduk di belakang, istri duduk disamping. 

Saat kendaraan melaju, 
tiba-tiba ada yang menghentikan. 
" Pak, saya mau ikut menumpang bisa ?" 
" ooo bisa..bisa... silahkan naik, Bu tolong pindah kebelakang ya " 
Kata si suami kepada istrinya. 
Sepertinya yang menghentikan bukan orang sembarangan. 
Istrinya juga dengan wajah cerah ikut mepersilahkan. 

Kendaraan melaju lagi. 
Keluarga nampak ceria dengan kehadiran penumpang baru. 
Tak berapa lama, tiba-tiba ada yang menghentikan lagi. 
" Pak, saya mau ikut menumpang bisa ?" 
" ooo bisa..bisa... silahkan naik". 
Penumpang disampingnya dipersilahkan mundur, 
Penumpang baru duduk disampingnya. 
Kali ini, 
Sepertinya yang menghentikan juga bukan orang sembarangan. 
Istrinya juga dengan wajah cerah ikut mepersilahkan. 

Kendaraan melaju lagi. 
Tiba-tiba ada yang menghentikan lagi. 
"Pak, boleh saya ikut menumpang ?" 
" Wah.. maaf sudah tidak muat" kata si suami yang sedang mengemudi. 
" Nanti ya kalau sempat saya jemput lagi" imbuhnya. 
" Iya ... sudah tidak muat" kata istri denga raut tidak senang.

Kendaraan melaju lagi.... 
tiba-tiba.... 
"Stop...." kata seseorang menghentikan 
"Cukup..perjalananmu berhenti sampai disini" katanya lagi 
" Ka..ka..kamu siapa ?" tanya si suami tergagap. 
" Aku utusan, dan kami diperintakan menghentikan kamu sekarang". 
" oh.. maaf jangan sekarang, 
  ijinkan saya menurunkan penumpang-penumpang saya, 
  saya akan jemput penumpang terakhir tadi, 
  biar saya jemput dan duduk bersama saya" kata si suami 
" Tidak bisa" kata yang menghentikan kendaraan.

Seketika berhentilah perjalanan si suami. 
Tidak ada kuasa baginya untuk melanjutkan.
Tidak ada kesempatan untuk kembali, walau ada keinginan.


Tahukah anda 
Siapa tokoh yang berperan sebagai si suami ? 
Siapa tokoh yang berperan sebagai penumpang pertama ? 
Siapa tokoh yang berperan sebagai penumpang kedua ? 
Siapa tokoh yang berperan sebagai penumpang ketiga yang ditolak ikut ? 
Siapa tokoh yang berperan sebagai pemutus perjalanan ? 

Yang berperan sebagai Si suami adalah kita-kita semua 
Yang berperan sebagai penumpang pertama adalah harta benda 
Yang berperan sebagai penumpang kedua adalah jabatan 
Yang berperan sebagai penumpang ketiga adalah agama 
Yang berperan sebagai pemutus perjalanan adalah malaikat maut. 

Ya... 
Ini hanya cerita 
dan kita terlibat dalam isi cerita.

Kita yang saat ini dalam perjalanan menuju akherat. 
Kita yang sering terlena dengan apa-apa yang kita miliki ; 
Istri, anak-anak, kendaraan. 

Saat harta benda benda datang ke kita, kita beri tempat dalam hidup kita. 
Kita dan keluarga suka cita menyambutnya. 
Saat jabatan datang ke kita, kita beri ruang dalam hidup kita. 
Kita dan keluarga suka cita menyambutnya. 

Namun saat agama meminta perhatian kita,
kita tak peduli, 
tidak ada ruang, 
tidak ada waktu untuknya. 

Dan ketika malaikat mau menghentikan kita, 
baru tersadar hajat kita akan agama,
dan kita minta waktu agar diberi kesempatan untuk kembali 
agar diberi kesempatan untuk membawa agama 
namun semua sia-sia 

Tidak akan kembali waktu yang telah berlalu 
tidak akan terulang waktu yang telah hilang.

Sekali lagi, ini hanya cerita 




Rabu, 17 April 2013

Mencukur rambut


Ketika tahallul (memotong rambut sebagai bagian dari rukun haji umroh),
kepala ini ditangani oleh tukang cukur dari Mesir.
Dia punya salon di bawah pertokoan depan masjidil harom.
Mereka kerja secara kelompok.
Ada yang bertugas mencari 'pasien' di luar,
dan ada yang bertugas di dalam sebagai tukang cukur.

Ketika pegawai bagian luar ini membawa kami ke salonnya,
petugas bagian pencukur bertanya : 
Mau dipotong semua atau sebagian ?
Kami (Bapak, kakak dan saya sendiri) ingin botak sekalian.
Dengan cekatan tukang cukur membuka kemasan pisau cukur,
ternyata pisaunya untuk sekali pakai.

Kami bertiga ditangani 1 orang.
Tiap selesai mencukur 1 orang, pisau dibuang.
Yang membuat takjub, kecepatannya dalam mencukur
1 tukang cukur mencukur botak 3 orang tidak sampai 5 menit.
Subhanalloh...

Keluar dari salon,
masih belum hilang bayangan akan kecekatan tukang cukur.

Di kota kelahiran nabi ini,
begitu mudah sekali otak ini diajak mengaitkan peristiwa di depan mata dengan kejadian dimasa nabi.

Teringat hadits yang ada kata kunci tentang mencukur rambut.

Nabi saw. bersabda kepada sahabat beliau :
"Maukah aku beritahukan kepadamu suatu kebaikan
yang lebih utama daripada shalat sunah, puasa, dan sedekah ?"
Jawab para sahabat: "Beritahukanlah, ya Rasulullah!"
Beliau bersabda:
"Mendamaikan sesama manusia,
karena kebencian dan pertengkaran dapat menghilangkan kebaikan
seperti pisau cukur mencukur rambut."

AllohuAkbar....
Rambut yang per centimeter tumbuhnya perlu waktu berbulan-bulan,
yang perubahan warnanya dari hitam menuju putih,
harus menunggu puluhan tahun,
habis tidak tersisa dalam tempo kurang dari 5 menit.

Dan demikian halnya kebaikan,
yang sedikit demi sedikit kita kumpulkan,
habis tidak tersisa karena pertengkaran.

Di hadits lain diriwayatkan
Seorang sahabat bertanya kepada rasululloh saw :
" Wahai Rasulullah,
sesungguhnya fulanah senantiasa melakukan shalat malam,
berpuasa di siang hari, banyak beribadah dan bersedekah,
tetapi dia selalu menyakiti tetangganya dengan lisannya.
Maka Rasulullah n bersabda:
"Tidak ada kebaikan pada dirinya, dia termasuk penghuni neraka"

Hari ini,
begitu ringannya kita mengeluarkan perkataan,
menuliskan kalimat yang menyakitkan hati orang lain.
Demi mengkhawatirkan nasib perut kita, 
kita tidak memperdulikan hati orang.
Demi beberapa rupiah yang sudah ditakdirkan jatahnya,
kita tidak pedulikan aturan agama yang dapatnya perlu diusahakan.

Alangkah sayangnya bila nilai kebaikan yang telah dikumpulkan
habis karena kebiasaan kita menyakiti hati orang,
habis karena pertengakaran oleh hal sepele,
yang kadang hanya demi menunjukkan siapa kita,
habis sebagaimana pisau cukur mencukur rambut

dan
Alangkah beruntungnya bagi yang mau mendamaikannya
karena dia mendapat pahala yang lebih besar dari pahala shalat sunah, puasa, dan sedekah

Semoga kita termasuk yang beruntung


Arsip Blog