Senin, 25 Mei 2009

Ketika Penyusup Datang

Suatu hari....
Seorang pemuda berangkat sholat ke masjid untuk sholat subuh
Dalam perjalanannya, dia menjumpai seseorang tergeletak di tepi jalan
Orang itu dalam keadaan tidak sadarkan diri
dari baunya, tercium aroma minuman keras
rupanya orang tersebut mabuk sampai tidak sadarkan diri
Sang pemuda tidak kenal dia
bukan dari saudaranya bahkan teman pun bukan...


Saat itu, Alloh titipkan rasa iba di hati sang pemuda
dibopongnya orang tersebut ke masjid
dirawatnya orang itu
Badannya dibersihkan
Karena belum juga sadar, dibaringkannyaorang itu di emper masjid
Dihamparkan kainnya untuk alasnya
Sang pemuda sholat........

Selesai sholat
Orang ini belum juga sadar
Sang pemuda pergi.....
Beberapa satu kemudian Sang pemuda datang membawa 2 bungkusan
Rupanya pemuda tadi membeli sarapan dan kini dia membuat kopi hangat.
(Di masjid itu memang punya tempat masak lengkap dengan alat-alatnya yang disediakan untuk tamu luar daerah yang sewaktu-waktu datang dan ingin beriktikaf dimasjid tersebut)

Orang yang terbaring di emper masjid, beralaskan kain pemuda tadi, belum juga sadarkan diri
Pemuda tadi menunggu sampai orang tersebut sadar
Sambil menunggu, pemuda itu sholat sunnah

Beberapa saat kemudian orang itu sadar dari mabuknya
Dia tolah-toleh....
Sang pemuda yang sudah selesai sholat, segera menghampiri orang itu
Pemuda itu ucapkan salam, tidak dijawab
Pemuda kemudian ambil nasi bungkus yang telah dia siapkan

Singkat cerita, orang itu terkesan dengan kelembutan dan perhatian pemuda tadi
Dan sejak saat itu, dia malu untuk mabuk, takut nggak sadarkan diri di jalan dan di temu pemuda tadi, apalagi si pemuda tadi sering datang ke rumahnya sekedar main, nanyakan kabarnya atau kebetulan lewat dan titip salam
Dia malu untuk mabuk lagi, padahal selama berbicara dengan pemuda tersebut dan selama dikunjungi pemuda itu, si pemuda itu tidak pernah membicarakan kegemaran buruknya itu.

Hingga
Beberapa waktu kemudian
Alloh buka hati orang itu melalui pemuda tadi
Alloh gerakkan dia untuk kembali kepada jalan yang lurus
Orang yang dulunya pagi-pagi masih tergeletak ditepi jalan karen mabuk, kini telah berdiri di deretan shaff shalat jamaah subuh di masjid
Bahkan, dia datang lebih awal dari sang pemuda
dia pulang dari masjid lebih akhir dari si pemuda tadi, dia belajar mengeja ulang huruf di buku iqro' yang telah diajarkan pemuda itu di soe harinya
Pulang dari masjid, dia langsung ganti baju dan dengan motornya dia keliling ke kampung-kampung jual krupuk untuk nafkah hidup kelurganya.
Dulu, dia biasa mabuk, tapi tidak pernah kerja, minuman dia dapat dari menang judi atau kadang di traktir teman, tapi yang paling sering dari mengambil uang istrinya. Waktu itu istrinya yang bekerja, jual sayur di pasar.
Sekarang istrinya dimintanya tinggal di rumah, dia yang kerja.

CERITA INI BERAKHIR DISINI

Cerita lain:
Ada seorang kaya
Dia memiliki toko besar
Tokonya ramai dikunjungi orang
Tiap hari orang datang belanja di tokonya

Orang ini punya seorang adik
Adiknya selama ini tidak ada pekerjaan tetap

Si orang kaya terlalu sibuk untuk mengurus usahanya dan keluarganya
dia lupa kalau dia punya adik yang belum kerja dan juga telah berkeluarga
Walau dia dan adiknya tinggal bersebelahan

Suatu hari sang adik berembuk dengan istrinya untuk usaha
Selama ini berbagai macam usaha telah dijalani tapi belum membuahkan hasil
Akhirnya dia pelajari dan amti cara kerja kakaknya
dan diputuskanya untuk kerja seperti kakaknya

Dia memulai usaha persisi seperti kakanya mulai dulu
Strategi pemasaran sama, jenis barang yang dijual sama, bahkan desain dan nama toko dibuatnya sama dengan milik kakaknya. Dia jual harga lebih murah dari kakaknya
Lambat laun pembeli mulai berdatangan ke toko sang adik

CERITA INI BERAKHIR DISINI

Kesimpulan :
Cerita pertama
Bagaimana jika si Pemuda adalah kita, bagaimana perasaan kita ?
Kita menemukan seseorang yang sebelumnya jauh dari Alloh, terus dengan asbab kita, orang itu mau kembali ke Alloh, amalannya makin hari makin bagus, dia meniru-niru apa yang kita amalkan, sampai amalannya seperti kita, ibadahnya, baca qur'annya, bahkan cara berpakaiannya. Apa yang kita rasakan ? perasaan senang dan bersyukur ? Jawabnya : YA

Kalau suatu saat, amalannya bahkan semakin melampaui kita, apakah kita juga masih senang dan bersyukur ? jawabnya : YA bahkan makin bertambah syukur kita, walau dia bukan saudara kandung kita, walau dia sebelumnya bukan dari teman kita.


Cerita kedua
Bagaimana jika sang Kakak adalah kita ? bagaimana perasaan kita ? apakah da perasaan senang melihat kemajuan toko adik kita yang disebelah kita ? Jawabnya : MUNGKIN

Bagaimana jika makin hari toko adik kita makin persis dengan toko kita, setiap kita menjalankan strategi baru, adik kita meniru dengan strategi yang sama, apakah kita makin senang ke adik kita ? Jawabnya : ......... ????

Bagaimana bial di kemudian hari, ternyata usaha adik kita dari meniru usaha kita berkembang lebih pesat dari kita, adakah perasaan senang di hati kita ? Jawabnya : .......???

Kesimpulan terakhir

Fitroh dari agama adalah menyatukan,
Apabila ada orang yang meniru-niru amalan agama kita maka akan timbul sifat mahabah/cinta/kasih sayang dari hati kita terhadap orang tersebut. Semakin persis dia meniru, semakin bertambah mahabah kita, apalagi amalan semakin hari semakin melampaui kita, maka akan semakin kuat mahabah dalam hati kita, bahkan akan muncul perasaan malu di hati kita. Padahal dia bukan apa-apa kita, tidak ada hubungan darah dengan kita.

Fitroh dunia adalah mencerai beraikan
Apabila ada orang meniru-niru usaha kita, sifat benci akan muncul walau terpendam, dalam hati kita. Semakin persis dia meniru, semakin besar rasa benci yang terpendam. Apabila usaha si peniru semakin maju dari kita, amak kebencian akan berangsur-angsur wujud dalam perbuatan, akan kita nampakkan, walau itu saudara kandung kita sendiri.

Saudara-saudaraku
Apabila dalam usaha agama, kita masih belum satu, belum ada mahabah dengan yang lain, masih ada kebencian dengan yang lain, padahal sifat fitroh dari agama adalah menyatukan, berarti kita harus memeriksa hati kita, ada sesuatu yang menyusup di hati kita.
Dan sesuatu itu adalah perkara yang memiliki fitroh mencerai beraikan
Sesuatu itu bernama dunia
Ya.........dunia beserta kepentingannya telah meyusup di hati kita

Wallohua'lam

Arsip Blog