Rabu, 17 April 2013

Mencukur rambut


Ketika tahallul (memotong rambut sebagai bagian dari rukun haji umroh),
kepala ini ditangani oleh tukang cukur dari Mesir.
Dia punya salon di bawah pertokoan depan masjidil harom.
Mereka kerja secara kelompok.
Ada yang bertugas mencari 'pasien' di luar,
dan ada yang bertugas di dalam sebagai tukang cukur.

Ketika pegawai bagian luar ini membawa kami ke salonnya,
petugas bagian pencukur bertanya : 
Mau dipotong semua atau sebagian ?
Kami (Bapak, kakak dan saya sendiri) ingin botak sekalian.
Dengan cekatan tukang cukur membuka kemasan pisau cukur,
ternyata pisaunya untuk sekali pakai.

Kami bertiga ditangani 1 orang.
Tiap selesai mencukur 1 orang, pisau dibuang.
Yang membuat takjub, kecepatannya dalam mencukur
1 tukang cukur mencukur botak 3 orang tidak sampai 5 menit.
Subhanalloh...

Keluar dari salon,
masih belum hilang bayangan akan kecekatan tukang cukur.

Di kota kelahiran nabi ini,
begitu mudah sekali otak ini diajak mengaitkan peristiwa di depan mata dengan kejadian dimasa nabi.

Teringat hadits yang ada kata kunci tentang mencukur rambut.

Nabi saw. bersabda kepada sahabat beliau :
"Maukah aku beritahukan kepadamu suatu kebaikan
yang lebih utama daripada shalat sunah, puasa, dan sedekah ?"
Jawab para sahabat: "Beritahukanlah, ya Rasulullah!"
Beliau bersabda:
"Mendamaikan sesama manusia,
karena kebencian dan pertengkaran dapat menghilangkan kebaikan
seperti pisau cukur mencukur rambut."

AllohuAkbar....
Rambut yang per centimeter tumbuhnya perlu waktu berbulan-bulan,
yang perubahan warnanya dari hitam menuju putih,
harus menunggu puluhan tahun,
habis tidak tersisa dalam tempo kurang dari 5 menit.

Dan demikian halnya kebaikan,
yang sedikit demi sedikit kita kumpulkan,
habis tidak tersisa karena pertengkaran.

Di hadits lain diriwayatkan
Seorang sahabat bertanya kepada rasululloh saw :
" Wahai Rasulullah,
sesungguhnya fulanah senantiasa melakukan shalat malam,
berpuasa di siang hari, banyak beribadah dan bersedekah,
tetapi dia selalu menyakiti tetangganya dengan lisannya.
Maka Rasulullah n bersabda:
"Tidak ada kebaikan pada dirinya, dia termasuk penghuni neraka"

Hari ini,
begitu ringannya kita mengeluarkan perkataan,
menuliskan kalimat yang menyakitkan hati orang lain.
Demi mengkhawatirkan nasib perut kita, 
kita tidak memperdulikan hati orang.
Demi beberapa rupiah yang sudah ditakdirkan jatahnya,
kita tidak pedulikan aturan agama yang dapatnya perlu diusahakan.

Alangkah sayangnya bila nilai kebaikan yang telah dikumpulkan
habis karena kebiasaan kita menyakiti hati orang,
habis karena pertengakaran oleh hal sepele,
yang kadang hanya demi menunjukkan siapa kita,
habis sebagaimana pisau cukur mencukur rambut

dan
Alangkah beruntungnya bagi yang mau mendamaikannya
karena dia mendapat pahala yang lebih besar dari pahala shalat sunah, puasa, dan sedekah

Semoga kita termasuk yang beruntung


Arsip Blog